Faktor resiko yang harus Anda ketahui sebelum memulai forex
trading :
1. Memiliki kemungkinan kehilangan dana 100%
2. Arus dana sangat cepat (very liquid)
3. Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti
untung 100%. Ada banyak metode trading yang bagus namun tidak ada satu pun yang
dapat menjamin untung 100%
4. Forex trading bukanlah sebuah “quick rich scheme” yang
dapat membuat Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak ada
keberhasilan tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam hidupnya.
Termasuk mereka yang sukses melalui forex trading.
Diperlukan kerja keras untuk mempelajari analisa dan perilaku
pasar sehingga kita dapat menebak arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu
juga diperlukan mental ekstra ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang
kita harapkan.
Tanyakanlah pada trader-trader sukses yang Anda kenal,
apakah mereka pernah mengalami jatuh bangun dalam trading mereka. Dan
jawabannya hampir pasti adalah “ya”. Kesuksesan hanyalah disediakan bagi mereka
yang mau berusaha dan belajar terus menerus meperbaiki dirinya.
Resiko Bisnis Online Trading
Nah berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi jika kita
hendak memulai investasi di forex, diperlukan kiat-kiat khusus untuk
memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi
kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa kiat dan manajemen
resiko yang bisa Anda ambil:
1. Cut Loss
Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan
pergerakan harga pasar. Cut loss digunakan untuk membatasi kerugian yang
dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.
Sebagai contoh, katakanlah kita sedang membuka posisi kita
pada GBPUSD Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita
mengharapkan harga naik melebihi 1.8000 sehingga kita memperoleh untung.
Harapan kita harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita bisa
memperoleh profit 100 point. Namun apa daya, ternyata harga bergerak berlawanan
dengan yang kita harapkan. Ternyata harga bergerak turun terus menerus dari
1.8000 menjadi 1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.
Nah daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan
akhirnya mengalami margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita
menanggung kerugian 20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini
dinamakan cut loss yaitu menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang
lebih besar.
Detail Kasus Lainnya:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah
quantity 10000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi
posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen
untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran
1.8820. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya
pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025) Profit dan
Loss dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Diketahui: Posisi Close: 1.8825 # Posisi Open: 1.8850 #
Quantity: 10000 # Maka: Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 10000 # Loss =
-0.0025 x 10000 # Loss = $-25 (Tuan A mengalami kerugian $25)
2. Switching
Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah
menutup posisi kita yang merugi, kita membuka posisi baru dengan arah yang sama
dengan pergerakan harga pasar. Pada kasus yang sama dengan cut loss diatas,
maka kita menutup posisi kita di 1.7980 lalu kita membuka sebuah posisi baru Open
Sell karena harga cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian jikalau harga
terus turun katakanlah mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami
loss 20 point namun memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80)
sehingga total kita masih memperoleh profit 60 points.
Contoh kasus
Mr. X memperkirakan harga akan NAIK. Jadi untuk mendapat
keuntungan dia memutuskan membeli (Buy) dengan harapan harga akan naik sehingga
dia bisa menjual dengan harga yang lebih mahal dan mendapat selisih Keuntungan.
Tapi ternyata bukannya naik, malah TURUN harganya.
Dan setelah analisa ulang, Mr. X berkesimpulan perkiraannya
bahwa harga akan naik ternyata SALAH. Jadi apa yang harus dia lakukan ?
Daripada melawan harga pasar dan menderita kerugian, lagipula harga akan turun
lebih jauh dari sekarang Dia memutuskan menutup posisi Buy nya yang merugi dan
kemudian membuka posisi baru Sell (dengan harapan harga akan turun). Dan
ternyata harga terus turun sehingga dia mengalami keuntungan melebihi kerugian
yang diterima di posisi Buy yang dia tutup sebelumnya. Kemudian dia menutup
posisi Sell tersebut dan menerima keuntungan.
Tips Untuk Anda: # Lakukan hanya bila prediksi keuntungan
switching melebihi nilai kerugian posisi pertama yang akan ditutup. # Kalau
ternyata harga berubah ternyata sesuai dengan prediksi pertama, maka anda akan
menderita kerugian 2 kali, yaitu posisi pertama dan posisi kedua juga
Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah
Quantity 30000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi
posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen
untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900. Ternyata harga
bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1.8820. Dengan segala pertimbangan,
Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25
point (1.8825-1.8850 = -0.0025)
Diketahui Posisi Close: 1.8825 # Posisi Open: 1.8850 #
Quantity: 30000 # Maka Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 30000 # Loss = -0.0025
x 30000 # Loss = $-75 (Tuan A mengalami kerugian $75)
Kemudian Tuan A menganalisa lagi dan memprediksi harga dan
diketahui harga akan terus bergerak turun, maka Tn. A membuka posisi Sell
dengan Quantity sebanyak 20000 pada 1.8820. Tak beberapa lama harga terus turun
hingga berada di kisaran 1.8730. Pada akhirnya Tn. A menutup posisinya pada
1.8740. Tuan A mendapatkan keuntungan 80 point (1.8820 - 1.8740 = 0.0080)
Profit/Loss = (1.8820 - 1.8740) x 20000 # Profit = 0.0080 x
20000 # Profit = $160
Keseluruhan hasil dari dua trading tadi adalah
Trading I = -$75
Trading II = $160
Laba = $160 - $75 = $85 atau Rp. 765.000,- ($1 = Rp 9000)
3. Averaging
Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi
yang telah kita buka yang ternyata bergerak berlawanan dengan harga pasar.
Katakanlah pada kasus yang sama dengan contoh Cut Loss
diatas, maka jika kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi
baru namun dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang
mengalami kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita
yang sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita
tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu
bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang sama,
yaitu Open Buy kembali!
Mengapa demikian? Bukankah kita telah melakukan Open Buy
sebelumnya dan mengalami kerugian, lalu mengapa kita melakukan Open Buy
kembali? Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga
akan kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua
diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama
sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.
Contoh Kasus
Mr. X memprediksi bahwa harga akan naik maka dia membuka
posisi Buy. Namun harga ternyata bergerak turun. Mr. X segera menganalisa lagi
dan kesimpulannya harga hanya akan turun sesaat dan akan kembali naik sesuai
analisa sebelumnya Dia memutuskan membuka posisi buy baru saat harga turun sehingga
ketika harga naik kembali dia bukan hanya memiliki 1 posisi yang profit tapi 2
sekaligus. Ternyata benar, tidak lama kemudian harga naik dan kemudian Mr. X
menutup kedua posisi nya tersebut, yang pertama dan yang kedua.
Detail Kasus:
Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah
Quantity 20000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi
posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen
untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Ternyata harga terkoreksi dan bergerak turun hingga 1.8825.
Tuan A kembali membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8825 dengan jumlah 10000. Dia
juga memasang Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.
Lalu tak lama kemudian harga kembali terkoreksi dan
menyentuh 1.8900. Dengan demikian Tuan A mendapatkan 2 keuntungan dari 2 posisi
yang telah dibuka :
Posisi I : Profit/Loss = (1.8900 - 1.8850) x 200000 # Profit
= 0.0050 x 20000 # Profit Posisi I = $ 100
Posisi II : Profit/Loss = (1.8900 - 1.8825) x 10000 # Profit
= 0.0075 x 10000 # Profit Posisi II = $75
Jumlah Profit kedua posisi : $160 + $75 = $235 atau Rp
2.115.000,- ($1 = Rp9000)
Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah
untuk dilakukan. Jadi, betapa sayangnya kita mengalami kerugian hanya karena
kita tidak mengetahui hal diatas. Namun apakah dengan mengetahui ketiga
manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah mengalami loss?
Jawabannya tentu saja tidak. Kalau Anda cermati, ketiga
manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal: kemampuan kita menganalisa
pergerakan harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading. Manajemen resiko
bahkan tidak pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu melakukan analisa
dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam
memulai investasi di forex trading.
Masih banyak yang harus dipelajari dalam memasuki dan
berinvestasi didunia forex. Kita baru saja mempelajari bagian terluar dari
investasi ini. Yang penting Anda belajar dan belajar terus .
No comments:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar anda sebagai masukan buat kemajuan blog ini. trimakasih